PALANGKARAYA – Awal tahun 2025, Kota Palangka Raya mengalami deflasi signifikan, terutama dipengaruhi oleh kebijakan diskon tarif listrik yang diterapkan pemerintah.
Isu ini mendapat perhatian dari Anggota Komisi II DPRD Kota Palangka Raya, H.M. Khemal Nasery menekankan pentingnya menjaga daya beli masyarakat agar dampak deflasi tidak berkepanjangan.
“Meskipun penurunan harga di awal terlihat menguntungkan, dalam jangka panjang kondisi ini bisa berdampak negatif terhadap perekonomian maupun daya beli masyarakat,” kata Khemal, Rabu (05/3/2025)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah, tingkat deflasi pada Januari 2025 tercatat sebesar -0,54 persen secara month-to-month (m-to-m) dan year-to-date (y-to-d). Selain tarif listrik, sejumlah komoditas seperti bawang merah, ikan nila, tomat, air kemasan, hingga bahan bakar rumah tangga turut berkontribusi terhadap deflasi ini.
“Jika deflasi meluas ke sektor lain dan berlangsung lama, hal ini bisa berdampak negatif pada pendapatan, lapangan kerja, serta investasi di sektor energi,” tambah Khemal.
Sebagai langkah antisipatif, ia mengusulkan kolaborasi antara Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya, distributor, dan pelaku usaha untuk memastikan kelancaran distribusi barang.
Selain itu, ia juga menyarankan agar pemerintah daerah mempertimbangkan program bantuan ekonomi atau insentif bagi pelaku usaha kecil guna menjaga stabilitas ekonomi dan meningkatkan daya beli masyarakat.
“Dengan langkah ini, diharapkan daya beli masyarakat tetap terjaga, sehingga perekonomian daerah khususnya di Palangka Raya bisa tumbuh secara positif,” tutupnya.(adv)